Pemanasan Global Perpendek Siklus Bencana

Img

Contact Person : Gito Sugih Immanuel

(Jum'at, 24 Februari 2017)

Bogor (AlumniIPB.org) – Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Rizaldi Boer mengungkapkan pemanasan global akan memperpendek siklus bencana iklim. Siklus bencana sepuluh tahunan bisa menjadi lima tahunan, yang artinya kerugian yang ditimbulkan oleh siklus bencana lima tahunan akan meningkat secara signifikan.

“Kerugian akibat kejadian iklim ekstrim siklus lima tahunan sudah mencapai satu miliar dolar AS dan siklus sepuluh tahunan mencapai tiga miliar dolas AS,” ungkapnya dalam keterangan yang diterima Sabtu (11/2) usai konferensi pers pra Orasi Ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (11/2).

Menurutnya, semua negara di dunia harus berupaya mengembangkan pola pembangunan rendah emisi, pertumbuhan ekonomi yang tidak lagi diikuti dengan peningkatan laju emisi.

Lanjut Prof Rizaldi, kaitannya dengan pertanian, untuk mencapai sistem pertanian pangan yang tangguh iklim, diperlukan berbagai upaya perbaikan (struktural maupun non-struktural). Penyerapan teknologi cerdas iklim berdaya hasil tinggi oleh petani perlu dipercepat.

“Indonesia bisa menerapkan ‘asuransi indeks iklim’. Sistem ini mampu melindungi petani dari risiko iklim yang semakin meningkat tetapi bisa juga mendorong dan mempercepat adopsi teknologi pertanian tangguh iklim. Sistem asuransi indeks iklim ini sudah mulai diterapkan di negara berkembang seperti Afrika, India dan beberaba negara lainnya,” ujarnya.

Dalam sistem asuransi indek iklim ini, pembayaran pertanggungan tidak lagi menggunakan kegagalan panen, tetapi menggunakan nilai indeks iklim. Nilai indeks iklim ditetapkan dengan mempelajari hubungan kondisi iklim dan penurunan hasil atau kegagalan panen yang terjadi. Misalnya dari data historis atau pengamatan lapangan menunjukkan bahwa apabila hujan selama musim tanam kurang dari 250 mm, biasanya tanaman mengalami kegagalan, maka nilai hujan 250 dijadikan sebagai indeks iklim. Pembayaran pertanggungan dilakukan apabila kondisi iklim telah memenuhi nilai indeks iklim tersebut yang diukur dari satelit atau alat pengukur di stasiun iklim yang mewakili wilayah dimana asuransi indeks diterapkan.

Contoh kasus, apabila ada varietas baru yang lebih adaptif kekeringan dicoba oleh petani yang sudah dilindungi asuransi, ternyata kondisi iklim jelek atau nilai indeks terpenuhi dan tanamannya tahan serta memberikan hasil, maka petani akan mendapatkan keuntungan ganda yaitu dari hasil tanamannya dan pertanggungan. “Dengan asurani ini petani berani mencoba teknologi karena kalau gagal panen akibat bencana iklim mereka mendapatkan pembayaran dari pihak asuransi. Dan kalau kondisi iklim baik, hasil yang diperoleh akan lebih tinggi karena menggunakan teknologi budidaya yang lebih baik,” ujarnya. (ric)

sumber: http://alumniipb.org/newsreader/1300

 

Published Date : 28-Feb-2017